Gara-gara kejadian update Windows 10 yang “terganggu” beberapa bulan lalu, sistem operasi Windows 10 yang saya instal dengan mode dual booting di laptop saya menjadi aneh. Aneh bin ajaib. Sempat tidak bisa masuk ke lingkungan Shell; tersangkut saja di layar booting. Pernah malah sampai bolak-balik updating-roll back, lalu updating-roll back lagi
Kekacauan akibat gangguan pada saat updating ini membuat saya sempat frustrasi. Kejengkelan dan stres itu terjadi lantaran laptop saya nyaris lumpuh total. Selain itu, kejadiannya kebetulan bertepatan di saat-saat saya sedang sangat membutuhkan laptop dan bekerja secara mobile untuk menyusun soal ujian dan modul pembelajaran.
Banyak pengguna sistem operasi non-Windows (terutama pengguna distro Linux) yang memang beralih atau sengaja memilih sistem operasi non-Windows karena sebal dengan pemutakhiran (update) yang tidak beres. Tidak beres dalam artian sering dan lama, plus setelah update, serasa tidak ada yang berubah. Sebanyak apapun Windows menginstal pembaruan, pemutakhiran, atau patch, tetap saja sistem operasi Bung Gates ini rawan malware dan banyak bug, Ini menyebabkan banyak orang (termasuk saya dan beberapa teman yang beralih ke sistem operasi non-Windows) menganggap bahwa update dan patch di Windows itu formalitas belaka yang membuang-buang resource, waktu, dan kuota (internet).
Pada akhirnya, saya berinisiatif untuk menginstal ulang Windows 10. Namun mengapa baru sekarang? Alasan pertamanya karena kemarin-kemarin saya sedang sibuk menyusun soal dan modul untuk pembelajaran semester depan. Alasan keduanya, saya memang menunggu Desember karena biasanya Linux MX merilis versi baru di bulan Desember. Dan benarlah adanya karena ketika saya mengecek situs Distrowatch, Linux MX 18 telah dirilis pada tanggal 20 Desember 2018 silam.
Wah, kesempatan nih, pikir saya. Maka dari itu saya memutuskan untuk menginstal ulang Windows 10 sekalian mengupgrade ke Linux MX 18.
Apa yang berbeda dengan Linux MX 18?
Sekilas saya lihat dari sisi penampilan, nyaris tidak ada yang berbeda. Lagipula, ini distro Linux; penampilan tidak harus berubah signifikan karena bisa dioprek lebih jauh belakangan. MX Linux 18 masih menggunakan basis Debian 9.6 “Stretch” yang sama dengan MX Linux 17, namun dengan kernel yang lebih baru (4.19.5 yang dilengkapi blk-mq file system corruption patch). Selain itu, disertakan pula aplikasi-aplikasi versi baru seperti GIMP 2.10 (plus plugin), Firefox 64, VLC 3.0.3, Clementine 1.3.1, Thunderbird 52.9.1, dan LibreOffice 6.0.1.Kendala Saat Instal Ulang
Ada satu kendala yang saya alami kembali ketika menginstal ulang Linux MX dan Windows 10 secara dual-booting. Kendala itu muncul ketika saya lupa bahwa secara default, Windows 10 menginstal dirinya dalam hard disk yang diformat dengan filesystem GPT. Ketika instalan Windows 10 beres dan saya sedang menginstal MX Linux 18, saya tidak bisa menginstal Grub bootloader di partisi yang menyimpan partition table GPT meskipun saya sudah memilih instalasi Grub di partisi ESP.Akhirnya saya terpaksa mengulang tahap instalasi dari menghapus partisi, membuat ulang partisi, menginstal Windows ke sistem partisi MBR, kemudian menginstal ulang Linux MX 18, dan memasang bootloader di MBR. Whew, tiring, but worth it, probably :D.
Nah, sekarang saya mau lanjut dulu menginstal ulang. Laporan lebih lengkapnya mungkin diturunkan belakangan setelah saya beres instal ulang dan test drive kinerjanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar