Namun begitu kaget juga ketika iseng-iseng tes booting dengan hard disk yang sudah terpasang. Ternyata di dalam rekaman hard disk tersebut terpasang sistem operasi Linux Mint 17. Setelah diingat-ingat, kapan ya hard disk ini diinstal Linux Mint?
Setelah memutar memori sesaat, barulah teringat bahwa memang sekitar 2014 saya pernah memasangnya Linux Mint 17 tersebut, namun di komputer yang lain. Tepatnya di sebuah mini desktop PC merk HP. Artinya, sebenarnya saya menginstalasi sistem operasi Linux Mint tersebut di komputer lain.
Namun untungnya Linux adalah sistem operasi yang fleksibel dan kompatibel. Meskipun berbeda PC, OS ini tetap mampu membaca konfigurasi sistem dan tak perlu diinstal ulang agar bisa berjalan lancar. Bahkan kalau dibanding-bandingkan sekilas, menjalankan Linux Mint 17 di komputer tua semacam ini rasanya hampir sama dengan menjalankan Windows 10 di komputer modern. Lancar jaya dan ringan.
Namun begitu, Linux Mint 17 sudah lumayan ketinggalan. Versi terbaru dari Linux Mint adalah Linux Mint 18 dengan kode nama "Sarah". Yet another beautiful name, Mint.
Berikut ini adalah konfigurasi PC yang sebelumnya terpasang Linux Mint 17 dan akan menjadi platform instalasi Linux Mint 18 baru.
- Prosesor: Intel Pentium 4 2,4 Ghz (Prescott) dengan 1 MB L2 Cache. Prosesor ini generasi terakhir pengguna soket pin (mPGA) sebelum akhirnya digantikan selamanya dengan soket LGA. It has 1 core only. Yes, prosesor ini muncul sebelum prosesor dual core beken.
- Memori : Berhasil mulung 2 modul memori DDR2 512 MB PC3200 dengan merk berbeda (nggak tahu apa). Jadi total ada 1 GB memori.
- Storage media: 1 HDD Seagate kapasitas 40 GB dan 1 HDD Western Digital kapasitas sama (40 GB). Keduanya punya kapasitas total 80 GB dengan kecepatan 7200 RPM dan interface P-ATA alias masih menggunakan kabel IDE yang lebar macam pita itu. Jadul abis kan?
- Graphic card: masih menggunakan graphic card yang sama dengan 12 tahun lalu, Radeon 9250 dengan memori grafis 256 MB buatan PowerColor.
Dari spesifikasi sistem di atas, jelas bahwa komputer saya ini bukan komputer modern kelas wahid. It's an ancient computer built more than a decade ago. Di hari gini, siapa sih yang masih bertahan dengan Pentium 4 single core, masih pake packaging pin (mPGA) pula.
Namun sekali lagi, di situlah letak asyiknya open-source operating system semacam Linux. Paket distribusinya yang bejibun terdiri dari berbagai nama sistem operasi dengan paket program dan fungsionalitas yang sudah dikostumisasi untuk berbagai basis penggunaan. Jadi, pada dasarnya Linux itu bisa untuk penggunaan umum, namun juga ada yang spesifik penggunaannya.
Dan alasan mengapa saya memilih Linux Mint 18 "Sarah" bukan hanya soal popularitasnya yang masih bertengger di nomer 1 ranking popularitas Distrowatch, tetapi juga karena Linux Mint 18 dikembangkan dari basis Debian dan Ubuntu. Karena menggunakan basis yang sama, Linux Mint mendapat dukungan software developer dan program yang kurang lebih sama dengan dua distro besar tersebut.
The XFCE Desktop Edition
Bagi mereka yang baru kenal dengan Linux mungkin salah satu hal yang agak membingungkan ketika pertama kali menggunakannya adalah betapa banyaknya distribusi yang beredar. Belum lagi tiap distribusi itu memiliki tampilan khas yang juga punya variasi lagi. Terlalu banyaknya variasi tampilan ini membuat masyarakat pengguna komputer awam, yang jumlahnya tidak sedikit di Indonesia, mudah kebingungan ketika melihat sistem operasi Linux.Variasi tampilan ini karena sistem operasi Linux, termasuk Linux Mint biasanya memiliki varian desktop interface (antarmuka desktop) yang lebih dari satu. Ini jelas berbeda dari sistem operasi Windows atau Mac yang memiliki tampilan seragam di tiap versinya. Windows 10 misalnya memiliki tampilan yang begitu-begitu saja, mirip dengan Windows 8 dan 8.1. Sedangkan Linux Mint 17 yang terpasang di komputer saya belum tentu sama penampilannya dengan Linux Mint 17 yang terpasang di komputer Anda atau komputer tetangga karena bisa jadi kita menggunakan desktop interface yang berbeda.
Linux Mint 18, seperti halnya beberapa versi sebelumnya, juga memiliki varian desktop interface. Linux Mint 18 memiliki empat varian desktop: Cinnamon, MATE, Xfce, dan KDE. Keempat varian desktop interface ini juga bisa dipilih versi bit-nya, 32-bit atau 64-bit. Cinnamon dan MATE adalah varian yang populer bagi pengguna Mint mainstream. KDE biasanya dipilih oleh mereka yang berasal dari pengguna distro lain dan terbiasa dengan desktop KDE, dan tidak ingin berpindah desktop lagi namun tetap ingin mencoba Linux Mint. Nah, untuk saya saat ini, karena akan menginstalkan Linux Mint 18 ke komputer masa purba seperti Pentium 4 ini, saya memilih Linux Mint 18 dengan desktop Xfce.
Why Xfce? Karena desktop Xfce adalah varian desktop yang paling ringan dan hemat system resource. Desktop ini sudah digunakan di beberapa distro Linux populer seperti Xubuntu, Fedora Xfce Spin, dan Zenwalk. Semuanya dengan tujuan membawa Linux ke sistem komputer dengan daya komputasi lemah (untuk zaman sekarang), juga untuk membangkitkan kembali sistem komputer tua—daripada teronggok tak berguna, lebih baik dipergunakan kembali
Reusability atau kemampuan bisa dipergunakan kembali, adalah salah satu filosofi sistem operasi UNIX yang dipegang oleh sistem operasi Linux. Dengan menggunakan desktop yang ringan dan kernel sistem operasi modern, kita bisa memanfaatkan komputer tua untuk bekerja di masa kini. Hal yang sulit atau mungkin mustahil dicapai oleh sistem operasi Windows ataupun Mac.
The Installation
Sebelum menginstalasi sistem operasi Linux, kita membutuhkan file master installer-nya. File ini bisa didapatkan di toko penjual CD/DVD program, namun biasanya yang ada di toko seperti itu tidak semuanya menyediakan Linux Mint versi terbaru.Paling praktis dan mudah sih mengunduh sendiri dari situs penyedia Linux Mint.
- Buka laman : https://linuxmint.com/download.php
- Scroll sedikit ke bawah, akan ditemukan bagian "Download links". Silakan unduh sendiri varian Linux Mint yang diinginkan. Saya sih ambil yang Xfce karena butuh yang ringan.
- Setelah unduhan selesai, tahap selanjutnya tinggal menyalin master installer ke satu USB flash drive (flash disk) kosong. Selanjutnya, booting USB flash drive tersebut dari BIOS dan ikuti tahap instalasinya.
Desktop's First Impression
Impresi pertama setelah selesai menginstalasi Linux Mint 18 "Sarah" adalah sistem operasi yang ringan, simpel, dan mudah di gunakan. Thanks to Xfce desktop, though. Soalnya saya nggak bisa membayangkan bagaimana kira-kira kalau saya memasang varian desktop MATE atau Cinnamon di sini. Mungkin nanti, di komputer lain yang sedikit lebih cepat.Penampakan Desktop Xfce Linux Mint 18 |
Desktop Xfce Linux Mint 18 lega dan bersih. Tidak banyak ikon; pada gambar hanya ada ikon shortcut Home. Sementara di bagian bawah, terdapat Task Bar yang juga menjadi tempat Start Menu dan System Tray.
Layout desktop semacam ini sangat mirip dengan layout desktop klasik ala Microsoft Windows, terutama Windows XP dan Windows 7. Jadi, buat Anda yang sudah kadung biasa menggunakan Windows, layout desktop ini saya kira tidak terlalu rumit untuk dipahami dan digunakan. Intuisi pengguna Windows yang berpengalaman sudah cukup untuk menjelajah berbagai elemen interface pada desktop Xfce Linux Mint 18.
Penampakan "Start Menu" ... eh, Mint Menu :) |
Network Manager |
Sound Control |
Sementara di antara Task Bar dan Mint Menu, terdapat sekelompok ikon program yang mirip dengan "Quick Launch" pada layout Task Bar Windows.
Penampakan Quick Launch Desktop Xfce Linux Mint 18 |
The Programs
Master installer Linux Mint 18 "Sarah" diunduh dengan ukuran sekitar 1,2 GB. Ketika pertama kali mencoba Linux Mint, master instalasinya masih seukuran CD-ROM. Namun kini jelas bahwa ukuran master installernya hanya bisa dimuat oleh DVD-ROM atau USB flash drive.Namun begitu, penambahan ukuran master installer bukan hanya menunjukkan peningkatan pada sisi kernel dan kelengkapan desktop, tetapi juga pada kelengkapan paket program yang terinstal bersama sistem operasi. Sebagai ilustrasi, mari kita lihat Mint Menu.
Penampakan Mint Menu dan Program di dalamnya
Seperti halnya Linux Mint versi sebelumnya, kita bisa menemukan menu program yang sudah dikategorisasi menjadi All, Accessories, Graphics, Internet, Multimedia, Office, Settings, dan Sytem. Untuk berpindah kategori, kita cukup mengarahkan mouse ke kategori yang diinginkan (tidak perlu diklik), nantinya panel daftar program di sebelah kanan akan berubah sesuai program yang dipilih.
Program apa saja yang dibawa oleh Linux Mint 18?
Untuk File Manager, digunakan Thunar File Manager. Ringan, cepat, dan responsif. Bisa diakses dari Mint Menu ataupun Quick Launch. Juga terbuka otomatis ketika mendobel klik ikon Home di Desktop.
Interface-nya sendiri klasik, mirip dengan kebanyakan file manager di distro lain, pun mirip dengan Windows Explorer bawaan Windows. Jadi intuitif dan mudah digunakan.
Thunar File Manager dengan mode Tabbed Browsing |
Hal yang paling asyik dari Thunar File Manager menurut saya adalah kemampuan Tabbed Browsing-nya. Jadi, kita bisa membuka satu tab yang menampilkan file di satu folder kemudian membuka tab baru untuk melihat file di folder lain, dalam satu jendela program. That's cool, seriously!
Oh ya, sebagai catatan tambahan, Linux Mint 18 juga mendukung operasi read-write (baca dan tulis) hard disk yang menggunakan file sytem NTFS atau FAT32. Jadi, hard disk hasil formatan Windows pun bisa dibaca di sistem operasi ini. Cuman kendala yang saya temukan adalah file yang terekam di partisi NTFS atau FAT32 nggak bisa dihapus ke Trash (Recycle Bin) tetapi langsung terhapus permanen. Penghapusan ke Trash cuma bisa dilakukan pada partisi yang menggunakan file system Ext4 atau hasil formatan si Linux. Jadi, tolong agak hati-hati kalau menghapus file di partisi NTFS via Linux Mint ya.
Program lainnya yang vital adalah Office Suite. Dan masih seperti versi sebelumnya, Linux Mint 18 membawa paket LibreOffice, yang kini menjadi LibreOffice5. Bagi mereka yang terbiasa menggunakan Office 2007, 2010, dan 2013 mungkin program-program LibreOffice5 butuh pembiasaan lagi. Namun bagi mereka yang terbiasa menggunakan Microsoft Office 2003, LibreOffice5 adalah perkara gampang karena tampilan dan cara penggunaannya sangat-sangat mirip.
Untuk tugas tulis-menulis, wordprocessor LibreOffice Writer sangat mirip dengan Word 2003. Meskipun format yang digunakan adalah ODF (OpenDocument File), kita juga bisa menyimpan file ke format DOCX (Document XML) khas Microsoft Office 2007, 2010, dan 2013. Mau ke format lama DOC juga bisa. Atau mau langsung publish ke format PDF? Urusan gampang itu!
Sementara itu untuk kerja manipulasi data, tabel, dan spreadsheet, bisa digunakan LibreOffice Calc. Sangat mirip dengan Excel 2003, begitu pula dengan perintah dan operator manipulasi datanya.
Untuk membuat presentasi, tersedia LibreOffice Impress. Mirip dengan Microsoft PowerPoint, namun menurut saya sendiri sih outputnya secara penampilan masih lebih menarik dan apik Microsoft PowerPoint. But it's not a disappointing program it all.
Kemudian, untuk Anda yang selalu ditugasi mengolah database, bisa mencoba LibreOffice Base. Sangat mirip dengan Microsoft Access jadi tidak begitu rumit untuk dicoba.
Selain empat program standar tersebut, LibreOffice juga menyediakan program untuk menggambar, bernama LibreOffice Draw dan program untuk menulis atau mengedit rumus matematika, bernama LibreOffice Math.
VLC Media Player di Linux Mint 18 |
Pada kategori multimedia, kita akan menemukan beberapa program standar. Untuk memainkan file musik (audio) bisa menggunakan Banshee Media Player sementara untuk memainkan file video, bisa menggunakan VLC Media Player. Namun entah mengapa di Linux Mint, program default yang muncul ketika mendobelklik file musik atau video yang keluar malah Video Player. Sampai sekarang saya masih mencari cara untuk mengubah default application ini.
Mozilla Firefox di Linux Mint 18 |
Linux Mint 18 juga dilengkapi dengan web browser, chat client, e-mail client, dan torrent client bawaan. Web browser bawaannya adalah Mozilla Firefox. Chat client yang terinstal adalah Pidgin. E-mail client yang tersedia adalah Thunderbird, one of the best e-mail client ever. Dan torrent clientnya sendiri adalah Transmission.
Soal web browser, Mozilla Firefox memang ringan dan lebih ramah terhadap sistem komputer dengan spek lemot atau spek tua. Namun begitu, secara pribadi sih saya lebih suka menggunakan browser Midori atau PaleMoon yang menurut saya lebih ringan dan low-resource. Nanti akan saya instal belakangan.
Terakhir, soal image editor, Linux Mint 18 juga sudah membawa GIMP, GNU Image Manipulation Program, program image editor open-source yang popularitasnya menyaingi Adobe Photoshop. Why? Cause it's portable, it's easy, and it's free.
In the end... it's light and simple
Sebagai simpulannya, Linux Mint 18 masih membawa citra Linux Mint sebagai sistem operasi distro Linux yang simpel dan mudah digunakan karena banyak elemen antarmukanya seperti desktop dan program yang mirip dengan sistem operasi mainstream seperti Microsofot Windows. Sistem operasi ini juga sangat low system-resource karena ringan berkat penggunaan kernel yang efisien dan desktop Xfce yang ringan. Dan karena dia open-source, tentunya sangat terbuka terhadap kustomisasi dan modifikasi.But the best of it all is of course because it is FREE! Ya, Linux Mint seperti halnya banyak distro Linux lainnya adalah sistem operasi yang lisensinya tak perlu dibeli. Its free for all and all for free.
Memang sampai saat ini jumlah pengguna Linux di Indonesia belum terlalu banyak. Masih banyak orang yang awam bahkan dengan Windows yang menjadi sistem operasi komputer mainstream, apalagi Linux. Satu-satunya varian Linux yang menjadi pilihan luas saat ini adalah Android yang juga tidak sepenuhnya open-source dan free.
Linux Mint berpotensi menjadi pilihan sistem operasi Linux untuk pemula karena kemudahan dan kepraktisan penggunaannya. Pun saya masih banyak ingin belajar menggunakan sistem operasi ini. Mungkin di hari-hari ke depan saya akan posting berbagai artikel review, tips dan trik, atau mungkin troubleshooting tentang Linux Mint.
Sekian dulu untuk saat ini. Thanks for reading!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar