Hari ini adalah pertemuan pertama kelas-kelas yang dimasuki. Oleh karena itu, materi yang dibawakan pun hanya sekadar cerita sejarah ejaan bahasa Indonesia dan sedikit materi tentang kapitalisasi dan penggunaan huruf miring. Tapi sebelum itu, saya sedikit mencoba "menggoda" mereka dengan pertanyaan: Kenapa sampai kuliah pun masih ada yang namanya pelajaran bahasa Indonesia itu? Setelah itu, saya beri contoh jawaban sederhana dengan mengajak mereka mengeja kata berikut.
- TVRI
- ANTV
- RCTI
- TRANS TV
- GLOBAL TV
- METRO TV
Saya tidak bisa menyalahkan mereka yang mungkin telah menjadi korban media televisi itu sendiri ataupun korban lingkungan yang juga salah mengucapkan. Saya yakin, ketika diajarkan membaca, t dan v dibaca te dan ve. Namun demikian, ingatan itu sepertinya telah terhapus oleh zaman atau memang yang mereka ingat adalah pengucapan yang salah itu.
Oke, sekarang janganlah salah-menyalahkan. Yang penting adalah selanjutnya apa yang perlu dilakukan? Pertama, pembiasaan. Kedua, penerapan. Setelah terbiasa menerapkan, apa yang tadinya dianggap tidak lazim itu dengan sendirinya akan dianggap lazim jadi janganlah ketidaklaziman sesuatu yang benar itu dijadikan alasan penghindaran penggunaan ejaan yang tepatnya.
*Tulisan ini disalin sebagaimana aslinya dari blog metalingua.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar