Jumat, 10 Mei 2013

Skywriting: Menulisi Langit dengan Pesawat




Pernahkah Anda melihat beberapa baris pesawat lewat dan menyisakan bekas asap di langit? Pemandangan yang sudah tidak aneh, mungkin. Akan tetapi, pernahkah Anda melihat sebuah pesawat terbang berputar-putar di atas langit sambil mengeluarkan asap, dan setelah pergi, terbentuklah sebuah tulisan di langit seperti pada gambar di samping? Pemandangan yang mungkin belum awam dilihat di Indonesia. Akan tetapi, pemandangan seperti itu hampir tidak aneh di beberapa mancanegara yang mengenal apa yang disebut dengan skywriting.

Jika diterjemahkan langsung dari bahasa Inggris, skywriting bisa diartikan 'menulisi langit'. Seperti namanya, skywriting memang "menulisi" langit. Akan tetapi, bukan menulis dengan alat tulis biasa yang dapat ditemukan di toko alat tulis atau kios fotokopi terdekat. Alat tulis yang digunakan dalam skywriting adalah pesawat terbang! Ya, jelas saja, bagaimana coba caranya menjangkau kanvas biru indah yang selalu menaungi kita ketika siang dan berubah hitam kelam ketika malam itu tanpa suatu alat transportasi yang bisa mengudara seperti pesawat terbang.

Disebut seni dan disebut aktrasi, skywriting digunakan untuk berbagai macam hal. Mulai dari sebagai bagian atraksi pesawat terbang dengan kata-kata pesan yang tidak jelas, penyampaian pesan pribadi (seperti ucapan selamat ulang tahun, ucapan selamat pernikahan, atau pengajuan lamaran pernikahan), pengumuman, bahkan untuk beriklan.

Berdasarkan surat Albert T Raid yang dialamatkan kepada koran The New York Times, disebutkan bahwa skywriting pertama kali disempurnakan tekniknya pada 1918 di Inggris Raya dan mulai diterapkan oleh orang-orang di Amerika pada tahun berikutnya, 1919. Pertama kalinya skywriting digunakan untuk pengiklanan atau tujuan advertensi adalah pada tahun 1922.

Pesawat yang digunakan untuk skywriting

Skywriting menggunakan pesawat terbang kecil agar mampu bermanuver lincah dan akurat di ketinggian. Pesawat yang umumnya bertipe turboprop (bermesin baling-baling) ini dipasangi sebuah alat yang disebut smoke generator. Alat ini berupa wadah (container) bertekanan tinggi yang menampung minyak/oli berviskositas rendah. Oli yang dikompres ini diinjeksi ke dalam pipa pembuangan asap (knalpot) pesawat sehingga menghasilkan gumpalan asap tebal. Sayangnya, hasil skywriting tidak pernah permanen. Dalam beberapa menit, tulisan yang dibuat bisa hilang atau mengalami blur karena tiupan angin yang kencang di ketinggian. Akan tetapi, pada masa-masa selanjutnya, ditemukanlah teknik menulis "dot matrix" yang hasilnya dapat bertahan lebih lama di langit. Selan itu, pada atraksi skywriting modern, para pilot dibantu bimbingan navigasi dari satelit sehingga tulisan yang dibuat dapat lebih akurat dan jelas.

*Tulisan ini disalin sebagaimana aslinya dari blog metalingua.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar