Selasa, 20 Agustus 2019

Penggunaan Huruf Cetak Miring menurut PUEBI


Dalam lingkup bahasa tulis ragam formal huruf cetak miring tidak boleh digunakan sembarangan. Pedoman penggunaan huruf cetak miring sudah dijelaskan dalam PUEBI. Namun begitu, dalam bahasa Indonesia tulis sehari-hari masih sering ditemukan kekeliruan penggunaannya. Ada yang menggunakan cetak miring di saat tidak perlu, ada pula yang justru menggunakannya ketika perlu.

Di dalam konteks ujian, penggunaan huruf cetak miring juga sering dipersoalkan, baik dalam ujian level UN (sekolah) maupun level UTBK SBMPTN. Maka dari itu, banyak pula siswa yang menpertanyakan penggunaannya yang tepat. Berikut ini penjelasannya.

1. Huruf cetak miring digunakan ketika menulis judul buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:

  • Pak Markus sedang mencari buku Dasar-Dasar Kimia Analitik ke toko buku.
  • Bibit ini adalah bonus dari Trubus edisi terbaru.
  • Artikel beliau berkali-kali diterbitkan dalam Pikiran Rakyat.
Dalam aturan PUEBI, disebutkan bahwa judul buku harus dicetak miring. Istilah buku di sini merujuk ke buku secara umum, yaitu lembar kertas yang berjilid. Bukan hanya buku nonfiksi, buku fiksi pun termasuk di dalamnya. Jadi, penulisan judul komik, buku cergam, kumpulan cerita, kumpulan puisi, dan kumpulan karya lainnya bisa dicetak miring.
Contoh:
  • Arif sangat suka Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer.
  • Cerpen itu pernah terbit di harian Pikiran Rakyat.

2. Huruf cetak miring digunakan ketika menulis kata-kata atau istilah asing. Kata atau istilah asing di sini maksudnya kata-kata atau istilah nonbahasa Indonesia (belum masuk ke dalam kosakata bahasa Indonesia). Dengan kata lain, penulisan kata bahasa daerah pun termasuk yang harus dicetak miring. Sebagai contoh:
  • Beberapa restoran di Belanda masih menyajikan menu rijsttafel yang penuh dengan menu Nusantara.
  • Perkembangan ideologi ini sejalan den dekade '70-an.


3. Huruf cetak miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah. Nama ilmiah sebenarnya termasuk ke dalam kata atau istilah asing sehingga aturan ini masih sejalan dan selingkup dengan aturan nomor 2 di atas.

Contoh:
  • Salah satu manfaat Cymbopogon citratus adalah sebagai penangkal nyamuk alami.
  • Masakan tradisional Indonesia sering memanfaatkan Syzygium polyanthum sebagai pengharum.

4. Huruf cetak miring digunakan ketika menegaskan kata atau bagian kata.

Penggunaan penegasan ini biasa ditemukan dalam teks yang membahas urusan kebahasaan, misalnya:

  • Kata keandalan terdiri dari kata andal yang dilekati konfiks ke-an.
  • Kata dan dan serta termasuk konjungsi antarfrasa hubungan penambahan.
Demikianlah penjelasan tentang penggunaan huruf cetak miring. Semoga bermanfaat. Jika ada pertanyaan, sila cantumkan di kolom komentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar